Ada satu hal yang sesungguhnya
termasuk dalam wilayah kajian
tauhid Uluhiyyah, tetapi karena
pentingnya persoalan ini maka
hal ini dikaji dalam satu bab
tersendiri, yaitu al-wala� wa al-
bara�
Persoalan al-wala� wa al-bara�
ini adalah persoalan yang sangat
penting. Kita lihat banyak kaum
muslimin melakukan tindakan
yang merusak imannya karena
memberikan wala� kepada
musuh-musuh Allah, dan
sebaliknya justru memusuhi wali-
wali Allah. Kita memohon
ampunan dan perlindungan
kepada Allah dari tindakan
seperti itu.
Lihatlah dalam firman Allah di
atas, �Dan barangsiapa
memberikan loyalitas kepada
mereka maka ia termasuk ke
dalam golongan mereka�. Selain
pada ayat di atas, sikap bara�
terhadap orang kafir juga
ditunjukkan di dalam surat al-
kafirun
Katakanlah: "Hai orang-orang
yang kafir, aku tidak akan
menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku
sembah. Bagimu agamamu, dan
bagiku, agamaku". (al-
Kafirun:1-6)
Di dalam syariat diajarkan supaya
membaca Surat al-Kafirun ini
setiap usai shalat Maghrib dan
Subuh, bersama dengan
membaca surat al-Ikhlas.
Dengan demikian, sesungguhnya
kaum msulimin selalu diingatkan
pada setiap pagi dan petang
untuk berlepas diri (bara�) dari
orang musyrik dan sesembahan
mereka. Rasulullah saw
bersabda;
Saya berlepas diri dari setiap
muslim yang tinggal di antara
orang-orang musyrik. Para
shahabat bertanya, Mengapa
demikian wahai Rasulullah,
Beliau bersabda, �Agar tidak
saling melihat api mereka� (HR
Tirmidzi, Abu Dawud dan an-
Nasa�i)
Agar antara api muslim dan api
orang kafir tidak saling melihat,
karena masing-masing memiiki
jalan yang sangat berbeda. Yang
terjadi pada umat Islam saat ini,
adalah kerusakan Islam, karena
mereka bermudahanah
(meninggalkan kewajiban agama
untuk mencari kemaslahatan
dunia) terhadap orang kafir dan
musyrik, mencintai dan
memberikan oyalitas kepada
mereka, bahkan meminta
nasehat kepada mereka, dan
bahkan meminta hukum kepada
mereka. Allah berfirman
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu ambil menjadi
teman kepercayaanmu orang-
orang yang di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-
hentinya (menimbulkan)
mudarat bagimu. Mereka
menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan
oleh hati mereka lebih besar lagi.
(Ali Imran:118)
Subhanallahal �Adzim, betapa
besarnya kesesuaian ayat ini
terhadap realitas kita saat ini. Al-
Wala� wa al-bara� inilah
sebesar-besar konsekuensi
tauhidullah. Dan sebagaimana
dinyatakan oleh para ulama�,
yang paling banyak disebut oleh
Allah setelah tauhid dan
mengesakan-Nya dengan ibadah
adalah al-wala� dan al-bara�
dari orang kafir. Al-Bara� itu
merupakan salah satu ushul
(prinsip) di antara prinsip-prinsip
Islam. Dan setiap muslim harus
menjaga al-wala� dan al-
bara�nya
Di dalam sunnah juga
dikemukakan oleh Abu Dawud
dan lain-lainnya, dari Samurah
bin Jundub ra, dari rasululllah
saw, beliau bersabda;
Barangsiapa yang berkumpul
dengan orang musyrik dan
tinggal bersama mereka maka ia
seperti mereka.
Syaikh Sulaiman bin Syaikh
Abdullah bin Muhammad bin
Abdul Wahhab berkata, �Di
dalam hadis barangsiapa yang
berkumpul dengan orang
musyrik ini, maksudnya adalah
bergaul dan berbaur dengan
mereka, dan tinggal bersama
mereka maka ia seperti mereka,
lalu bagaimanakah halnya
dengan orang yang memberikan
pertolongan kepada mereka
yang berkaitan dengan agama
mereka, memberikan tempat
tinggal dan membantu mereka.
Kalau mereka mengatakan,
karena kami dalam keadaan
takut, maka jawabannya, �kalian
telah berbohong� [ad-Durar
as-Saniyyah, j. VIII, h. 142]
Al-Allamah Ibnu al-Qayyim
berkata, ketika Allah melarang
kaum mukmin untuk
memberikan loyalitas kepada
orang kafir, maka terkandung
maksud permusuhan terhadap
mereka, berlepas diri dari
mereka, dan menampakkan
permusuhan itu dalam segala hal
[Badai� al-Fawaid, j. III, h.69].
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata, �Ketahuilah,
semoga Allah merahmatimu,
bahwa kaum salaf mengatakan
agar memusuhi ahlul bid�ah
dan kelompok sesat, bersikap
keras dalam memusuhi
kelompok sesat, dan melarang
duduk semajelis dengan mereka,
lalu bagaimana menurutmu
tentang duduk semajelis dengan
orang kafir dan munafik,
berkumpul dengan orang Arab
yang tidak beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, berusaha
mendatangkan kemaslahatan
bagi mereka, berbaur dengan
mereka dan bersikap ramah
kepada mereka? Kondisi mereka
adalah satu di antara dua hal,
kafir atau munafik, dan di antara
mereka yang memberikan
perhatian kepada Islam pun
sangat sedikit. Firman Allah;
�(Kepada malaikat
diperintahkan): "Kumpulkanlah
orang-orang yang zalim beserta
teman sejawat mereka (ash-
Shoffat:22)
Dan apabila ruh-ruh
dipertemukan (dengan tubuh)
(at-Takwir:7)
Dan juga hadis nabi saw
Seorang tidak mencintai suatu
kaum jika ia tidak mau
berkumpul bersama mereka
[Ad-Durar as-Saniyyah, j. VIII, h.
153]
Syaikh Muhammad bin Abdul
Lathif berkata, ketahuilah,
semoga Allah memberikan taufiq
kepada kita terhadap hal-hal
yang Dia cintai dan Dia ridlai,
Islam dan din seseorang tidak
akan lurus melainkan ia
memusuhi musuh Allah dan
rasul-Nya dan memberikan
loyalitas kepada wali Allah dan
Rasul-Nya saw. Firman Allah,
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu jadikan bapa-
bapa dan saudara-saudaramu
pemimpin-pemimpinmu, jika
mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan (at-
Taubah:23)[Ad-Durar as-
Saniyyah, cet lama, juz al-Jihad,
h. 208]
Syaikh Sulaiman bin asy-Syaikh
Muhammad berkata, Allah
berfirman
Kamu melihat kebanyakan dari
mereka tolong-menolong
dengan orang-orang yang kafir
(musyrik). Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka
sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allah kepada
mereka; dan mereka akan kekal
dalam siksaan. (al-Maidah:80)
Allah menyebutkan bahwa
memberikan al-wala� (loyalitas)
kepada orang kafir itu
meniscayakan kebencian kepada
Allah, sehingga tindakan itu
menyebabkan kekal di dalam
neraka, meskipun seseorang
melakukan itu karena merasa
takut. Tetapi hal ini
mengecualikan orang yang
dipaksa, inilah syarat
pengecualiannya. Lalu
bagaimana jika seorang mukmin
berkumpul dengan orang yang
jelas-jelas kufur, ia memusuhi
tauhid dan pengikutnya,
membantu upaya untuk
menghambat da�wah kepada
Allah, dan menetapkan da�wah
kepada yang lainnya? [ad-Durar
as-Saniyyah, j. VIII, h. 128]
Syaikh Sulaiman juga berkata
dengan panjang lebar,
�Sesungguhnya sekuat-kuat
ikatan Iman adalah cinta karena
Allah dan benci karena Allah.
Dan bahwasannya Allah telah
mewajibkan orang mukmin
untuk memusuhi orang musyrik,
kafir dan munafik, menjauhi
kaum baduwi yang dikenal
munafik, tidak beriman kepada
Allah dan rasul-Nya saw. Dan
bahwa Allah memerintahkan
untuk berjihad melawan mereka,
bersikap keras kepada mereka
dalam kata-kata maupun
tindakan, dan mengancam
mereka dengan laknat dan
pembunuhan. Firman Allah
Dalam keadaan terla`nat. Di
mana saja mereka dijumpai,
mereka ditangkap dan dibunuh
dengan sehebat-hebatnya. (al-
Ahzab:61)
Selain itu, Allah juga telah
memutuskan kesetiaan antara
kaum mukminin dan orang kafir.
Kemudian Allah memberitakan
bahwa orang yang memberikan
loyalitas kepada orang kafir
berarti termasuk ke dalam
golongan mereka. Lalu
bagaimanakah ada orang yang
mengaku cinta kepada Allah
sedangkan ia juga mencintai
musuh-musuh-Nya yang
membantu syetan-syetan dalam
memerangi ahlu tauhid dan
menjadikan mereka sebagai
pelindung selain dari Allah [ad-
Durar as-Saniyyah, j. II, h. 144]
Sesungguhnya dalil-dalil
berkaitan dengan al-wala� wa
al-bara� ini masih sangat
banyak, tetapi kami cukupkan
sampai disini saja.
Dan sebagai akhir dari seruan
kami, al-hamdulillahi rabbil
alamin.